KABUPATEN DAIRI
Semboyan : “Bekerja Untuk Rakyat”
Pada Masa Agresi 1 Berdasarkan surat Residen Tapanuli Nomor 1256 tanggal 12 September 1947, maka ditetapkanlah HATIAN PAULUS MANURUNG sebagai Kepala Daerah Tk. II pertama di Kabupaten Dairi yang berkedudukan di Sidikalang, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1947 (catatan: hari bersejarah ini berdasarkan kesepakatan pemerintah dan masyarakat kelak dikukuhkan sebagai hari jadi Kabupaten Dairi, melalui Keputusan DPRD Kab. Dati II Dairi Nomor 4/K-DPRD/1997 tanggal 26 April 1977). Hatian Paulus Manurung adalah seorang Ahli Hukum dari Medan, Ketua Pengadilan Tebing Tinggi, Pendidik, merupakan Bupati Pertama Kabupaten Dairi.
Kabupaten Dairi didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Dairi. Selanjutnya wilayahnya ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Wilayah Kecamatan di Kabupaten Dairi, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Penjabat Bupati Kepala Daerah Dairi pertama ditetapkan Rambio Muda Aritonang yang bertugas mempersiapkan pembentukan DPRD Dairi serta pemilihan Bupati definitif.
Pelaksanaan kepemerintahan Kabupaten Dairi dilaksanakan dengan Semboyan (motto) “Bekerja Untuk Rakyat”. Motto Bekerja Untuk Rakyat didasari pemikiran bahwa semua unsur aparatur pemerintah Kabupaten Dairi adalah pelayan, bukan untuk dilayani. Pemahaman bahwa aparatur adalah pelayan dicerminkan dengan usaha pendekatan pelayanan kepada masyarakat untuk setiap urusan pemerintahan, Universitas sehingga masyarakat benar-benar merasakan perhatian dan pekerjaan pemerintahnya.
Kabupaten Dairi adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara dengan ibukota Sidikalang. Kabupaten ini kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Pakpak Bharat sebagimana tertuang dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan yang dikeluarkan pada tanggal 25 Februari 2003.
Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatra Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare. Kabupaten ini memiliki 15 kecamatan (Kecamatan Berampu, Gunung Sitember, Lae Parira, Parbuluan, Pegagan Hilir, Sidikalang, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hilir, Siempat Nempu Hulu, Silahisabungan, Silima Pungga-Pungga, Sitinjo, Sumbul, Tanah Pinem, Tigalingga), 8 kelurahan dan 161 desa dengan jumlah penduduk akhir tahun 2019 adalah sebanyak 284.300 jiwa.
Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara secara geografis berada pada koordinat 980 00’ – 980 30’ BT dan 20 15’ 00’’ – 3 0 00’ 00’’ LU yang berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh
- Sebelah Selatan : Kabupaten Pakpak Bharat
- Sebelah Timur : Kabupaten Samosir
- Sebelah Barat : Provinsi Aceh
Kabupaten Dairi berada di dataran tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 400 – 1.700 meter diatas permukaan laut (dpl) atau sekitar 200 meter diatas permukaan Danau Toba, dengan karakter topografi yang spesifik dan bervariasi, memiliki curah (ceruk) yang cukup dalam dimana pada musim hujan berfungsi sebagai saluran drainase alami.
Secara ekologis, Kabupaten Dairi merupakan penyangga ekosistem Danau Toba dan menyumbang sebagian besar input air ke Danau Toba melalui belasan sungai-sungainya. Letak Kabupaten Dairi yang strategis dengan jarak sekitar 153 km dari Kota Medan dengan waktu tempuh sekitar 3 jam membuat aksessibilitas keluar/masuk Kabupaten Dairi relatif tinggi, baik dari dan ke Kota Medan sebagai primary city Provinsi Sumatera Utara maupun secondary city lainnya, bahkan lintas Provinsi Aceh.
Sebagian besar Kabupaten Dairi terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit dengan kemiringan bervariasi. Memiliki berbagai jenis tanah sebagai hasil peletusan Gunung Toba dimasa lalu, seperti jenis tanah liparit, permokarbon, palaegon, garbodiaba dan tanah jura. Curah hujan di Kabupaten Dairi bervariasi antara 2.000 – 3.500 mm/tahun dengan ratarata hari hujan 181 hari/tahun.
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000 Bakosurtanal tahun 1981 dan hasil interpretasi Citra Satelit Alos tahun 2009, luas Kabupaten Dairi diidenrtifikasi sekitar 199.809,70 ha, terdiri dari penggunaan lahan pertanian lahan kering sekitar 99.372,85 ha dan hutan primer sekitar 50.375,22 ha.
Penduduk yang berdomisili di Kabupaten Dairi terdiri dari berbagai suku, utamanya suku Pakpak, Batak Toba, Karo, Simalungun, Jawa, Minangkabau, Mandailing, Aceh, Nias, Tionghoa dan lain-lain. Adapun yang memiki hak ulayat adalah suku Pakpak, terdiri dari 5 (lima) suak, yaitu Suak Keppas , Simsim, Pegagan, Kelasen, dan Boang. Suak keppas terdiri dari 7 (tujuh), yang dikenal dengan sipitu marga, yaitu marga Angkat, Bintang, Ujung, Kudadiri, Capah, Gajah Manik dan Sinamo dengan berru Berampu dan Pasi.
Asal muasal sipitu marga berasal dari Sicikecike yang terletak diantara Kecamatan Sitinjo, Parbuluan dan Kabupaten Pakpak Bharat yang saat ini merupakan hutan wisata alam. Masing-masing suku mempunyai bahasanya sendiri, seperti bahasa Pakpak, Batak Toba, Simalungun, Karo dan lain-lain. Selain itu setiap suku memiliki sistem kekerabatan/kekeluargaan dan adat istiadat tersendiri.
Sama seperti kabupaten/kota lainnya sekawasan Danau Toba, Kabupaten Dairi juga melahirkan putera-putera terbaik yang sukses dibidangnya masing-masing seperti Letjen (Purn) T.B. Simatupang (dikenal jenderal termuda era Presiden Soekarno) dan Liberty Manik. KRA Johnny Sitohang Adinegoro yang juga mantan Bupati Dairi. Pengusaha sukses Togam Gultom, Ir Luhut Matondang dan Robert Nio. Masih banyak lagi orang sukses asal Kabupaten Dairi yang tidak disebutkan dalam kolom media ini. HORAS… HORAS… HORAS… (R1)