Kadis LHK Sumut.

Beritatoba.com – Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kadis LHK) Sumatera Utara, Yuliani Siregar, menegaskan bahwa berdasarkan hasil pemantuan pihaknya banjir bandang dan longsor di wilayah wisata Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Minggu (16/3/2025) lalu, disebabkan curah hujan yang cukup tinggi dan lama.

“Berdasarkan hasil pantauan kami, banjir itu karena curah hujan yang cukup tinggi. Dan area banjir itu berada di kawasan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) warga. Karena lokasi banjir dari jembatan kembar di atas desa Baganding,” katanya kepada beritatoba.com, Kamis (20/3/2025), melalui WhatsApp 

Dikatakannya juga, yang menjadi penyebab banjir berawal banyaknya warga yang mengambil batu di Desa Baganding tersebut. “Jadi sumber longsor dan banjir itu berasal dari HPL milik warga. Di Desa Baganding itu banyak warga diduga yang mengambil batu. Jadi timbullah kolam. Kolam ini jadi tempat penampung air. Karena curah hujan tinggi, akhirnya jebollah itu penampungnya. Makanya terjadi banjir di daerah Kota Parapat,” imbuhnya 

Kepala UPT  KPH Wilayah II Pematangsiantar, Sukendra Purba, saat diwawancara para awak media juga menegaskan bahwa terjadinya banjir di objek Wisata Danau Toba  Parapat,  bukan karena konsesi TPL. Akan tetapi banjir terjadi  diduga karena penyempitan aliran sungai batu Gaga. 

Kepala UPT KPH Wilayah II Pematangsiantar.

“Kami sudah naik ke hulu, hasil drone  kami tidak ada penebangan kayu. Dan terjadinya banjir  diduga karena penyempitan aliran sungai dan diakibatkan tingginya curah hujan,” tegas Sukendra, 

Menurut Sukendra, bahwa di seputar kawasan hutan lindung diatas sungai batu Gaga tidak ada Konsesi Industri Kehutanan yang di kelola TPL.  “Konsesi TPL berada di Huta Sitahoan,  dan hilirnya bukan ke arah Parapat melainkan ke arah Tanah Jawa. Intinya disekitar kawasan banjir ini tak ada konsesi TPL,” katanya. 

Sekretaris Forum Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Fordas) Sumut, Robert Tua Siregar Ph.D dalam penjelasan ilmiahnya mengutarakan jika dilihat dari pergerakan angin pada tanggal 15 Maret 2025 pukul 15.06 WIB dan tanggal 16 Maret 2025 pukul 15.06 WIB, menunjukkan adanya pola pusat tekanan rendah atau sirkulasi udara tertutup (pola siklonik) dan daerah pertemuan angin (konvergensi) di wilayah Sumatera Utara khususnya di pesisir barat Sumatera Utara, sehingga mendukung potensi pertumbuhan awan-awan hujan (Cumulonimbus) cukup besar di wilayah Parapat, Kabupaten Simalungun dan sekitarnya.

Robert Siregar

Menurut Robert, yang juga dikenal sebagai Ketua Pusat Unggulan Iptek Bina Ruang Universitas Prima Indonesia, penyebab banjir yang terjadi di Parapat, Kabupaten Simalungun, lantaran hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang mulai terjadi pada siang hari hingga sore hari pada tanggal 16 Maret 2025 pukul 12.06 WIB hingga pukul 17.56 WIB.

Kemudian berdasarkan pantauan citra radar, terlihat pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan ringan-sedang yang ditandai dengan dengan nilai reflektifitas 35-40 dbz pada tanggal 15 Maret 2025, dan pertumbuhan awan dimulai pukul 14.36 pada siang hari hingga pukul 21.06 WIB. 

Selanjutnya,  pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan ringan-lebat pada tanggal 16 Maret 2025 ditandai dengan nilai reflektifitas 45-50 dbz, dimulai pada siang hari sekitar pukul 12.06 WIB hingga sore hari pukul 17.56. 

“Pertumbuhan awan mencapai puncaknya pada sore hari tanggal 16 Maret 2025 pukul 16.06 WIB dan mulai meluruh pada pukul 17.56 WIB”, urai Robert Tua Siregar. 

Pantauan di lapangan, hingga hari Kedua fasilitas alat berat PT TPL masih tetap melakukan aktifitas mengangkut bekas material batu akibat banjir. Begitu juga bantuan kemanusian dari pihak PT RSI dan alat berat Pemerintah Kabupaten Simalungu.

Sementara itu Kabid Pembinaan Hukum DLHK Sumut, Zainuddin Harahap, juga menegaskan banjir bukan disebabkan oleh aktivitas illegal logging.

“Tidak ada tanda-tanda penebangan kayu di lokasi tersebut,” katanya.

Pantauan menggunakan drone juga menunjukkan tidak ada kayu yang dipotong dan tidak ada kayu yang dibawa air ke permukiman warga di Parapat. Hal ini membantah spekulasi bahwa banjir disebabkan oleh aktivitas illegal logging.

Bupati Simalungun Anton Achmad Saragih mengatakan banir bandang dan longsor di wilayah Parapat akibat curah hujan yang tinggi yang terjadi sejak siang dan sore.

Bupati Anton Saragih akan normalisasi sungau Batu Gaga.

Untuk itu Bupati Anton Saragih berencana akan menormalisasi sungai Batu Gaga agar banjir bandang di wilayah Parapat tidak terulang lagi. Meluapnya air dari sungai Batu Gaga disebabkan penyempitan palung sungai akibat bebatuan dan adanya longsor di lokasi berbeda.

Kapolda Sumut, Irjen Whisnu Hermawan Februanto, melalui Plt Kabid Humas, Kombes Yudhi Surya Markus Pinem, mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati pasca bencana banjir dan longsor di kawasan wisata Danau Toba Parapat.

Dia menyebut, Polres Simalungun telah turun ke lokasi longsor dan banjir tidak lama setelah kejadian, melakukan pengaturan lalu lintas dan pembersihan material di sekitar lokasi.

“Kita dari Polda Sumut, melalui Polres Simalungun telah menurunkan sejumlah personel ke lokasi. Kita juga mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati,” ujar Yudhi.(M1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *