Boru Silaban (depan kiri) tampak kebingungan saat mendengar Anggiat Sinaga beserta kroni-kroninya berteriak-teriak keras “Tutup TPL”.(foto btc)

Beritatoba.com – Humbahas – Konferensi Pers yang disinyalir kuat ditunggangi Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) bertempat di Sitalbak Coffee, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Senin (11/12/2023), soal banjir dan longsor di kawasan Danau Toba dinilai sangat memalukan, sepihak dan provokatif.

Konpers yang disiarkan secara langsung melalui akun facebook KSPPM dan AMAN itu menghadirkan Pdt Jurito Sirait dari HKBP, Anggiat Sinaga dari Aliansi Gerak Tutup TPL, Togu Simorangkir via zoom dan masyarakat Desa Simangulampe dan Desa Sihotang. Tampak juga Abdon Nababan, salah satu gembong AMAN, hadir dalam acara itu layaknya seperti penonton budiman.

Dalam Konpers itu tampak jelas Anggiat Sinaga selaku narasumber menggiring permasalahan banjir dan longsor karena disebabkan oleh PT Toba Pulp Lestari dan selalu meneriakkkan “Tutup TPL, Tutup TPL”. Sementara Boru Silaban warga Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, keluarga korban banjir dan longsor, yang turut menjadi salah satu narasumber dalam Konpers tersebut, tampak bingung ketika Anggiat Sinaga berteriak keras “Tutup TPL” seraya mengangkat tangan kanannya.   

Boru Silaban yang tampak kebingungan dan ketakutan mendengar teriakan-teriakan keras orang-orang yang berada dalam ruangan itu dihadapan awak media sangat jelas mengatakan bahwa dirinya kurang mengerti soal TPL dan berharap mohon informasinya. “Kalau memang TPL yang merusak lingkungan kami, maka kami juga ikut tolak TPL”, katanya seraya berharap kepada pemerintah daerah dan instansi terkait supaya tidak ada lagi penggundulan hutan di sepuluh desa yang ada di Kecamatan Baktiraja.

Dalam hal ini Boru Silaban sepertinya sudah masuk perangkap KSPPM dan AMAN, karena bencana banjir dan longsor yang menimpa desanya Simangulampe bukan disebabkan oleh karena TPL, tetapi karena adanya penebangan liar oleh pihak lain berinisial DS yang telah disiarkan oleh Bupati Humbahas beberapa waktu lalu.

Erikson Simbolon dari LSM Hutan Rakyat kepada beritatoba.com, Senin (11/12/2023), usai menyaksikan Konpers itu secara tegas mengatakan bahwa tidak ada lahan konsesi TPL di kawasan penebangan liar penyebab banjir dan longsor Simangulampe. “Saya sudah tinjau ke Desa Habeahan, Kecamatan Lintong Nihuta, dimana terjadinya penebangan liar penyebab banjir dan longsor Simangulampe. Dan secara langsung saya sudah wawancarai masyarakat setempat yang menyatakan bahwa tidak ada lahan konsesi TPL di Habeahan. Kalaupun disana ada eucalyptus, itu adalah penanaman untuk penghijauan pada tahun 90 an”, tegas Erickson.   

Pinus Sitanggang warga kecamatan Parlilitan yang dikenal antipati terhadap gerakan KSPPM dan AMAN usai menyaksikan Konpers tersebut menyinggung soal kehadiran Pdt Jurito Sirait yang mengaku sebagai pendeta di HKBP. “Seharusnya si pendeta itu mengurusi soal gereja saja, soal lingkungan kan sudah ada lembaga atau institusi yang menanganinya”, katanya.

Pinus Sitanggang senada dengan Maruba Simbolon menilai Konpers yang ditunggangi KSPPM dan AMAN itu sangat memalukan karena sepihak dan provokatif dengan menuding TPL sebagai penyebab terjadinya banjir dan longsor di kawasan Danau Toba. Untuk itu Pinus Sitanggang berharap kepada pemerintah untuk menghentikan provokasi-provokasi yang dilakukan oleh KSPPM dan AMAN karena dikhawatirkan bisa merugikan dan menimbulkan perpecahan ditengah masyarakat.

Tudingan KSPPM, AMAN dan Aliansi Gerak Tutup TPL Keliru Besar

Erickson Simbolon mengutarakan tudingan segelintir orang yang berhimpun di LSM KSPPM, AMAN dan Aliansi Gerak Tutup TPL terhadap PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) atas bencana alam yang terjadi di Desa Sihotang, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, dan batu longsor di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, tak berdasar dan cenderung mengada-ada bahkan bersifat provokatif tanpa didahului penelitian.

Dikatakannya pertemuan yang diklaim sebagai Konfrensi Pers yang disiarkan secara langsung via facebook itu disebutkan bahwa kedua bencana atau tragedi tersebut akibat perambahan hutan oleh PT TPL, padahal dihulu lokasi banjir di Sihotang tidak terdapat lokasi yang diusahai oleh PT TPL.

Demikian juga dihulu batu longsor di Simangulampe persisnya di Desa Habeahan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbahas, sama sekali tidak ada berdekatan dengan areal PT TPL, sehingga terkesan mengada-ada bahkan provokatif agar masyarakat menolak keberadaan PT TPL di kawasan Tapanuli.

Pengamatan Erickson Simbolon diacara tersebut patut diduga sebagai upaya segelintir orang agar PT TPL tutup. Peserta yang hanya dihadiri puluhan orang yang disetting dan juga diduga “dibayar” ini hanya berteriak TUTUP TPL.

Bahkan Togu Simorangkir yang mengaku bertemu empat mata dengan Presiden mengatakan bahwa  Presiden Jokowi pun tidak mampu menutup TPL. “Kalau tidak bisa langsung tutup TPL,  kita gerogoti saja”, kata Togu via zoom. Dalam hal ini sangat jelas bahwa Togu Simorangkir yang dikenal seide dan sekelompok dengan KSPPM dan AMAN telah mengakui bahwa mereka dalam gerakannya hanya untuk menggerogoti TPL saja walau tanpa alasan dan bukti ilmiah yang kuat.

“Togu juga menentang keberadaan Food Estate di Humbahas yang katanya hanya merusak lingkungan dengan dalih pertanian”, imbuh Erickson.

Dalam pernyataan konyolnya, Togu juga mengatakan justeru yang legal yang merusak lingkungan, bukan yang liar. Sementara si Togu ini tidak tahu kalau penyebab banjir dan longsor batu di Simangulampe disebabkan oleh adanya penebangan liar di kawasan hutan lindung di Desa Habeahan.(Hum1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *