Beritatoba.com – Taput – Para tokoh masyarakat dan tokoh adat Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumut, bertempat di Restauran Sipirok Dolok Hole Kecamatan Siborongborong, Sabtu (9/12/2023), secara tegas menyatakan sangat mendukung keberadaan PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) lantaran pabrik penghasil bubur kertas (pulp) ini dinilai mampu menggerakkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Para tokoh masyarakat dan tokoh adat Taput saat diwawancara awak media.(ft/btc)
Tokoh masyarakat Kecamatan Parmonangan, Darus Manalu, mengutarakan bahwa selama TPL berada di Parmonangan sudah banyak terjadi perubahan menuju kesejahteraan. Dikatakannya dahulu sebelum ada TPL hanya dua keluarga yang punya mobil, dan kini sudah banyak orang di sekitar perkebunan TPL yang mempunyai mobil bahkan alat berat.
Diakuinya pula bahwa selama ini sudah banyak bantuan yang diberikan TPL kepada masyarakat Parmonangan, baik bantuan penanaman kopi, cabai, jagung dan lain sebagainya, termasuk bantuan pembangunan infrastruktur dan pendidikan.
Jika ada isu yang menyebut TPL penyebab banjir dan longsor, Darus Manalu mengatakan bahwa isu tersebut tidak benar dan sangat bertentangan dengan kenyataan yang dialami warganya. “Selain itu kalau ada yang mengatakan eucalyptus itu penghisap air, kenyataannya perkebunan dan persawahan kami normal-normal saja selama puluhan tahun ini. Begitu pula irigasi air di desa kami tidak ada masalah”, kata Darus manalu yang juga dikenal sebagai Wakil Ketua Lembaga Adat Dalihan Natolu (LADN) Taput.
Tokoh masyarakat Desa Pohan Jae, Kecamatan Siborongborong, Jimmi Simanjuntak, juga secara tegas mengatakan bahwa selama empat tahun bermitra dengan TPL sudah banyak bantuan yang terealisasi dalam upaya mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat di sekitar lahan konsesi TPL di desanya, termasuk bantuan membangun gereja dan sanitasi air minum.
Jimmi Simanjuntak berharap kepada masyarakat Tapanuli Utara tidak cepat terpengaruh atas isu miring yang tidak berdasar, karena keberadaan TPL itu untuk membangun. “Masyarakat jangan cepat membuat keputusan yang salah. Apalagi soal isu banjir dan tanah longsor yang sudah jelas tidak ada kaitannya dengan TPL, karena jaraknya dengan lokasi longsor sangat jauh”, tegasnya seraya menghimbau agar pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumut segera melakukan penanaman pohon disekitar tebing-tebing seputaran Danau Toba yang tampak gundul.
Tokoh masyarakat Taput lainnya, Morlan Simanjuntak bersama James Sianipar dan Osman Simanjuntak senada mengakui bahwa tanpa TPL tidak akan ada bantuan seperti yang telah diterima masyarakat saat ini. “Yang pasti, masyarakat yang dekat dengan konsesi TPL, tidak ada masalah. Yang penting bagaimana kita bisa sependapat untuk kemajuan”, kata Morlan Simanjuntak.
Morlan Simanjuntak juga menyampaikan rasa prihatinnya atas musibah banjir dan longsor dibeberapa daerah kawasan Danau Toba. Khusus longsor di Desa Siabalabal, ditegaskannya bahwa longsor tersebut tidak ada kaitannya dengan keberadaan lahan konsesi TPL di Desa Pohan Jae karena jaraknya yang sangat jauh.
Sementara tokoh kharismatik Taput, Indera Nababan, yang dikenal selaku pendiri Kelompok Studi dan Pengembangan Masyarakat (KSPPM), secara tegas pula mengatakan bahwa tidak ada alasan rakyat benci kepada TPL. Disinggung soal KSPPM yang selalu berseberangan dengan TPL dengan melontarkan isu-isu negatif tentang keberadaan perusahan tersebut di bumi Tapanuli, Indera Nababan mengutarakan bahwa KSPPM sudah lari dari misinya yang tidak lagi memberikan pendidikan dan pencerahan kepada masyarakat agar bisa berkembang dengan sendirinya.
Indera Nababan (kanan) menyatakan tidak ada alasan rakyat benci sama TPL.(ft/btc)
“Dulu KSPPM gak ada urusan sama TPL. Dulu kalau ada yang ikut demo ke Medan, saya pecat itu anggota, saya bikin aturannya. KSPPM hadir untuk melatih rakyat, bukan untuk berdemo”, kata Indera seraya menunjukkan salinan putusan inkrah Mahkamah Agung atas pembubaran KSPPM.(R1)