Bapak Parade Lee Manurung (kiri) bersama Bapak Pemred Antoni Marpaung sepakat menjaga stabilitas Toba dan Tolak Provokasi ‘2 LSM Hitam’.

Beritatoba.com – Toba – Ribuan masyarakat buruh, khususnya Kabupaten  Toba, Sumut, yang  bekerja di pabrik PT Toba Pulp Lestari (TPL) dan sekaligus warga atau jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) kembali mengutarakan rasa kecewanya atas perilaku dan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Ephorus HKBP terkait keberadaan TPL.

Sejak melakukan aksinya pada hari Buruh, 1 Mei 2025 lalu, hingga kini Pangeran Marpaung mengajak seluruh buruh dan masyarakat Kabupaten Toba, khususnya masyarakat Kecamatan Parmaksian, merapatkan barisan menolak keras kelompok-kelompok tertentu yang mencoba menciptakan konflik dan perpecahan ditengah masyarakat yang dapat  mengganggu  stabilitas di Kabupaten Toba.

Disebut-sebut kepemimpinan Pdt Viktor Tinambunan sebagai Ephorus HKBP sudah diragukan independensinya dan tidak layak lagi sebagai pemimpin Gereja HKBP. Akibat perilakunya yang begitu keras berpikir dan bergerak untuk menyerukan “Tutup TPL”, yang katanya perusak lingkungan walau tanpa bukti-bukti, menyebabkan ribuan warga HKBP di Kecamatan Parmaksian dan juga  yang menjadi buruh TPL juga akan berseru supaya Pdt Viktor Tinambunan diganti atau mengundurkan diri dari jabatan Ephorus HKBP.

Sejak awal warga Kecamatan Parmaksian, terbukti menolak keras kehadiran dan segala bentuk gerakan-gerakan provokasi yang dilakukan oleh Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak yang katanya disebut sebagai “2 LSM Hitam”.

Beberapa bulan yang lalu, masyarakat Kecamatan Parmaksian yang selama puluhan tahun hidup penuh kedamaian, tiba-tiba bergerak dengan sendirinya dan melakukan penolakan keras atas rencana Ephorus HKBP yang ‘ditunggangi’ KSPPM dan AMAN Tano Batak serta Pdt Jurito Sirait melakukan kegiatan provokasi tolak TPL berdalih doa bersama. “Kita menolak mereka supaya tidak menggelar kegiatan provokasi di Kecamatan Parmaksian yang damai ini. Kami tolak karena kami butuh stabilitass dan keamanan serta kedamaian. Selain itu, saya juga mengenal betul siapa-siapa mereka itu semua”, kata Parade Manurung, Guru Besar Kungfu Naga Sakti, ketika itu kepada media ini.

Tokoh pemuda dan mantan anggota DPRD Kabupaten Toba ini secara tegas juga mengatakan jika ada kelompok tertentu dan siapapun itu yang berupaya merusak stabilitas daerah Toba akan berhadapan dengannya.

Dihimbaunya juga agar masyarakat Kabupaten Toba bijak berpikir melihat situasi yang berkembang saat ini, karena gejala-gejala munculnya konflik dan perpecahan terancam terulang kembali.

“Mari bersama kita menolak konflik dan perpecahan. Jangan ada lagi dan terulang lagi pertumpahan darah oleh karena segelintir orang dan kelompok tertentu. Ingat, kita semua bersaudara dan berdomisili di Kabupaten Toba yang kita cintai ini”, tegas Parade Manurung.

Seperti diketahui Direktur KSPPM, Delima Silalahi, dikenal bukan warga Kabupaten Toba. Delima adalah warga Kecamatan Siborong-borong, yang katanya pecinta lingkungan itu, bertetangga dengan perusak lingkungan paling hebat di Tapanuli bergelar Apek Toyak. Begitu pula dengan Roganda Simanjuntak pengurus AMAN Tano Batak, yang berasal dari Kabupatem Tapanuli Selatan.(Tob1)      

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *